Ringkasan Kitab To’am Syarah Riyadhu ash-Sholihin

January 13, 2014

Di Kirim Oleh Ust Jajang Solih via Fb Group ppi73

makan dengan tangan

JAMA’AH KAJIAN KITAB KUNING PESANTREN PERSIS 73 GAROGOL PASIRWANGI GARUT

ADAB MAKAN DAN MINUM

A. ETIKA MAKAN

1. Sebutlah nama Allah sebelum makan

2. Minimal mengucapkan ‘BISMILLAH’, atau lebih utama mengucapkan “BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM”.

3. Jika lupa membaca do’a di awal, maka bacalah “BISMILLAHI AWWALAHU WA AKHIROHU

4. Wajib makan dengan tangan kanan.

5. Haram makan dengan tangan kiri, karena:

* Berbuat dosa kepada Allah

* Takabur dari perintah rasulullah (sombong)

* Perbuatan syetan

6. Boleh makan dengan tangan kiri kalau keadaan darurat/ada halangan.

7. Jika makan berjama’ah, maka makanlah makanan yang ada di hadapan, kecuali (menurut pendapat ulama) kalau makanan terdiri dari berbagai jenis.

8. Jika makan sendirian, boleh menjulurkan tangan untuk mengambil makanan yang tidak ada di hadapan.

9. Ajarkanlah kepada anak-anak tentang etika makan.

10. Jangan mendahului makan sebelum orang yang lebih terhormat makan.

11. Jika makan berjama’ah, maka dianggap cukup seorang saja yang berdo’a dengan niat untuk semua. Yang paling afdhal adalah masing-masing membaca do’a sebelum makan.

12. Boleh menahan tangan seseorang yang hendak makan, jika tidak terdengar membaca do’a terlebih dahulu.

13. Jika disodorkan hidangan bacalah do’a:

الحمد لله كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَرَكًا فِيْهِ غَيْرَ مَكْفّي وَلاَ مُوَدَّعٍ وَلاَ مُسْتَغْنَى عَنْهُ رَبُّنَا

14. Setelah makan bacalah do’a:

الحَمْدُ لِلّهِ الَّذِي أَطْعَمَنَا وَسَقَانَا وَجَعَلْنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

15. Makanlah makanan yang dekat dengan kamu

16. Tidak boleh mengambil dua kurma atau yang sejenisnya, yang biasanya dimakan satu persatu, sebelum mendapat izin dari saudaranya.

17. Penyebab tidak merasa kenyang ketika makan, karena tidak mendapat barokah:

* Tidak membaca do’a sebelum makan

* Makan tidak dimulai dari pinggir

* Makan tidak secara berjama’ah

18. Barokah terdapat di tengah-tengah makanan, maka makanlah mulai dari pinggir makanan, hindarilah mendahulukan bagian atas makanan.

19. Tidak boleh makan sambil bersandar di tempat yang empuk

20. Aturan makan yang sehat adalah: sepertiga untuk makan, sepertiga untuk minum, dan sepertiga untuk bernafas. Ini akan melancarkan proses pencernaan makanan.

21. Makanlah ketika sudah merasa lapar.

22. Boleh makan sampai kenyang, dengan alasan dan pertimbangan tertentu (kasus Abu Hurairah)

23. Makruh makan sambil bersandar (merupakan perbuatan sombong terhadap Allah, dan menghambat proses pencernaan).

24. Makanlah dengan cara duduk, sambil bersandar atas kedua lutut (menghindari makan banyak).

25. Mesti makan dengan tiga jari (jari tengah, telunjuk dan ibu jari) ketika makan makanan yang dapat diraih dengan tiga jari.

26. Setelah makan mesti menjilati jari tangan atau menyuruh seseorang untuk menjilatinya (kalau mungkin).

27. Hendaknya menjilati (membersihkan/menghabiskan) makanan yang tersisa di tempat makanan (wadah), barangkali barokah terdapat di situ.

28. Jika makanan terjatuh dari tempat makan, maka ambil-lah makanan itu, dan jika terdapat kotoran, buanglah kotorannya, kemudian makanlah makanan tersebut, jangan sampai menyisakan sedikit makanan-pun untuk syaitan.

29. Wajib berwudhu setelah makan makanan yang dimasak dengan api (pendapat sebagian ulama). Sebagian ulama mengatakan; tidak wajib berwudhu, akan tetapi sunnah (lebih utama berwudhu).

30. Setelah makan daging unta (dimasak dengan api ataupun tidak) wajib wudhu.

31. Setelah makan makanan selain daging unta, sunnah untuk berwudhu.

B. ETIKA MINUM:

1. Membaca do’a sebelum minum.

2. Dianjurkan bernafas ketika minum sebanyak tiga kali, (secara beraturan) agar terhindar dari penyakit dan melancarkan proses pencernaan.

3. Dilarang minum dengan cara sekaligus.

4. Jika setelah minum mau memberikan minuman tersebut kepada orang lain, maka berikanlah kepada orang yang berada di sebelah kanan (anak kecil atau dewasa, terhormat atau orang biasa).

5. Minuman (kalau lebih dari satu wadah) harus diberikan pertama kali kepada orang yang meminta minuman tersebut.

6. Jika tidak terdapat orang yang meminta minuman, maka yang pertama kali diberi minuman adalah orang yang paling tua usianya, selanjutnya diberikan kepada orang yang berada di sebelah kanan orang yang memberi minuman (baik anak kecil ataupun orang tua, orang terhormat ataupun rakyat biasa).

7. Jika tidak terdapat orang tua, maka mulailah membagikan minuman dari sebelah kanan orang yang membagikan.

8. Hendaknya tidak minum langsung dari mulut wadah (bejana/kendi) atau “ditohtor” untuk menghindari sesuatu yang akan membahayakan diri yang minum.

9. Boleh minum sambil berdiri jika terpaksa.

10. Boleh mengambil berkah dari bekas minuman atau makanan nabi.

11. Tidak boleh meniup-niup minuman.

12. Kalau terlalu panas atau ada sesuatu pada minuman, maka boleh meniupnya dengan cara meniup minuman kemudian menjauhkan bejana tersebut dari mulutnya, kemudian meniupnya kembali, kemudian menjauhkan bejana dari mulutnya.

13. Minum boleh sambil berdiri (berdasarkan hadits fi’li/perbuatan nabi), tapi lebih utama minum sambil duduk (berdasarkan hadits qauli/sabda nabi). Berbeda dengan makan, maka hukumnya tetap haram sambil berdiri.

14. Nabi pernah minum air zam zam sambil berdiri.

15. Jika seseorang masuk mesjid, lalu disodorkan minuman, maka boleh minum sambil berdiri, karena menyalahi sabda rasul : “jika salah seorang dari kalian masuk mesjid, maka janganlah duduk sebelum shalat dua raka’at”.

16. Orang yang memberikan minuman (sohibul bait), jika bermaksud untuk minum, dianjurkan untuk minum paling akhir, dengan alasan:

* Segi mementingkan orang lain daripada diri sendiri.

* Jika ada kekurangan, ditanggung oleh yang membagikan minuman (sohibul bait).

17. Hal ini untuk melaksanakan perintah Rasulullah SAW dan mencontoh adab Rasulullah SAW.

18. Mengenai ikut sertanya sohibul bait dalam jamuan terhadap tamu, dikembalikan kepada adat kebiasaan masing-masing.

19. Semua wadah atau benda di alam ini adalah halal untuk dijadikan tempat minum, tempat makan, tempat bersuci atau tempat yang lainnya, kecuali terbuat dari emas dan perak.

20. Benda apapun boleh dipergunakan, kecuali ada dalil yang melarangnya.

21. Haram laki-laki memakai pakaian terbuat dari sutra.

22. Perempuan boleh memakai pakaian terbuat dari sutra hanya untuk berhias di depan suaminya.

23. Emas, perak dan sutra adalah perhiasan orang beriman nanti di surga.

 

No comments:

Post a Comment