Mohammad Natsir

October 20, 2010

natsir

MOHAMMAD NATSIR (Alahanpanjang, Sumatra Barat, 17 Juli 1908-Jakarta, 6 Februari 1993). Seorang negarawan muslim, ulama intelektual, pembaru dan politikus muslim Indonesia yang kenamaan dan disegani, bergelar Datuk Sinaro Pandjang. Ayahnya bernama Idris Sutan Saripado, seorang pegawai pemerintah Belanda. Ibunya bernama Khadijah, dari keturunan suku Caniago.natsir

Ketika berusia 8 tahun, Mohammad Natsir belajar pada HIS (Hollandsch Inlandsche School) Adabiyah di Padang dan tinggal bersama makcik-nya. Kemudian ia dipindahkan oleh orang-tuanya ke HIS pemerintah di Solok dan tinggal di rumah Haji Musa, seorang saudagar. Di sini ia menerima cukup banyak ilmu. Pada malam hari ia mengaji Al-Qur'an, pagi hari belajar pada HIS, dan sore hari belajar di Madrasah Diniyah. Tiga tahun kemudian ia dipindahkan ke HIS Padang dan tinggal bersama kakaknya, Rabi'ah. Pada tahun 1923 ia meneruskan sekolah ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs/setingkat SMP sekarang) di Padang. Di sini ia menjadi anggota JIB (*Jong Is-lamieten Bond) cabang Padang. Pada tahun 1927 ia melanjut ke AMS (Algemene Middelbare School/ setingkat SMA sekarang) di Bandung. Di MULO dan AMS ia mendapat beasiswa dari pemerintah Belanda. Selama di AMS, ia tertarik untuk lebih menekuni ilmu pengetahuan agama. Waktu luang-nya digunakan untuk belajar agama pada Persatuan Islam di bawah bimbingan Ustad A. Hassan. la lulus dari AMS pada tahun 1930. Nilai prestasi yang diperolehnya memungkinkannya mendapatkan beasiswa untuk menduduki bangku perguruan tinggi.

 

Terdorong oleh kemauannya untuk membela Islam dari pihak yang merendahkannya dan untuk memberikan pemahaman yang tepat tentang Islam, ia menulis artikel-ar-tikel, seperti Muhammad als Profeet dan Quran en Evangelic pada tahun 1929. Pada tahun 1931 ia menulis Kon tot Het Gebed dan Kebangsaan Muslimin. Tahun 1932 ia menulis De Islamietische Vrouw en Hoar Recht, Buku-buku hasil karya lain¬nya ialah Fiqh ad-Da'wah, Capita Selecta, Kebudayaan Islam, dan ad-Din au al-Ladiniyyah

 

Sejak sekolah di MULO, ia sudah mulai mengenal semangat perjuangan. la masuk menjadi anggota kepanduan pada JIB. Ketika belajar di AMS ia menjadi anggota JIB cabang Bandung dan kemudian diangkat menjadi ketua (1928-1932). Minatnya terhadap politik, perhatiannya terhadap nasib bangsanya yang tertindas, dan tekadnya untuk meluruskan ke-salahpahaman umat terhadap ajaran agama, telah melibatkan dirinya dalam bidang politik dan dakwah serta menolak setiap tawaran dari pemerintah Belanda, seperti meneruskan sekolah ke Fakultas Hukum Jakarta, Fakultas Ekonomi Rotterdam Belanda atau menjadi pegawai pemerintah. Kegiatan politik-nya terus berkembang setelah lebih jauh berkenal-an dengan tokoh-tokoh gerakan politik seperti H Agus Salim, Wihono Purbohadijoyo, dan Syamsu-rijal. Karena kegigihannya dalam perjuangan, pada masa kemerdekaan ia menduduki jabatan-jabatan penting dalam pemerintahan Republik Indonesia. Di samping itu, jiwa dai yang telah dimilikinya sejak muda terus dibinanya sampai masa usia tuanya.

Sejak tahun 1932 sampai 1942, Mohammad Natsir diangkat sebagai direktur Pendidikan Islam di Bandung; dari tahun 1942 sampai 1945, sebagai kepala Biro Pendidikan Kotamadia Bandung (Bandung Syiakusyo); dan dari tahun 1945 sampai 1946 sebagai anggota badan pekerja KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) dan kemudian menjadi wakil ketua badan ini. Pada tahun 1946 (Kabinet Sjahrir ke-2 dan ke-3) dan 1949 (Kabinet Hatta ke-1) ia menjadi menteri Penerangan RI; dan dari tahun 1949 sampai 1958 ia diangkat menjadi ketua umum Partai Masyumi. Sejak tahun 1950 sampai 1951 ia menjadi perdana menteri negara kesatuan Republik Indonesia. Dalam pemilu tahun 1955 ia terpilih menjadi anggota DPR. Dari tahun 1956 hingga 1958 ia menjadi anggota Konstituante RI dan sejak tahun 1958 menjadi deputi perdana menteri PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia) sampai akhirnya pada tahun 1960 di-tangkap oleh pemerintah dengan tuduhan ikut terlibat dalam pemberontakan PRRI. Sejak tahun 1962 sampai dengan tahun 1966 ia ditahan di Ru-mah Tahanan Militer (RTM) Keagungan Jakarta. Sejak dibebaskan dari tahanan, ia aktif pada organisasi-organisasi Islam internasional, seperti pada Kongres Muslim Sedunia (World Moslem Cong¬ress) pada tahun 1967 yang bermarkas di Karachi, sebagai wakil presiden. Pada tahun 1969 ia masuk menjadi anggota Rabitah al-Alam al-Islami (World Moslem League) di Mekah. Pada tahun 1976 ia menjadi anggota Dewan Masjid Sedunia (al-Majlis al-A'la al-'Alami li al-Masajid) yang bermarkas di Mekah. Adapun di Indonesia sejak tahun 1967 sampai dengan masa usia tuanya, ia dipercaya men¬jadi ketua DDII (Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, al-Majlis al-A'la al-Indunisi li ad-Da'wah al-Islamiyah). Di samping jabatan dan kegiatan di atas, ada beberapa kegiatan dan jabatan lainnya yang sempat dijalaninya, seperti sebagai penulis tetap artikel pada majalah Pembela Islam dan Suara Republik, penasihat delegasi Indonesia da¬lam perundingan antara Indonesia dan Belanda, serta penasihat SBII (Serikat Buruh Islam Indone¬sia). Karena peran yang dimainkannya pada dunia Islam internasional, ia mendapat penghargaan King Faisal Foundation dari Arab Saudi.

Kebiasaan menulis Mohammad Natsir sudah dimulai sejak sekolah di AMS. Pada waktu menduduki kelas IV AMS ia menulis sebuah analisis tentang "Pengaruh Penanaman Tebu dan Pabrik Gula bagi Rakyat di Pulau Jawa." Terdorong oleh kemauannya untuk membela Islam dari pihak yang merendahkannya dan untuk memberikan pemahaman yang tepat tentang Islam, ia menulis artikel-ar-tikel, seperti Muhammad als Profeet dan Quran en Evangelic pada tahun 1929. Pada tahun 1931 ia menulis Kon tot Het Gebed dan Kebangsaan Muslimin. Tahun 1932 ia menulis De Islamietische Vrouw en Hoar Recht, Buku-buku hasil karya lain¬nya ialah Fiqh ad-Da'wah, Capita Selecta, Kebudayaan Islam, dan ad-Din au al-Ladiniyyah.

No comments:

Post a Comment