Kajian 19 : Jangan Membuat Cara Cara Baru Di Luar Sunnah Nabiبسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام علي رسول الله وعلي اله وصحبه ومن تبع هداه. اما بعد
Materi Kajian:
7. عَنْ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، يَقُولُ: جَاءَ ثَلاَثَةُ رَهْطٍ إِلَى بُيُوتِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَسْأَلُونَ عَنْ عِبَادَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَلَمَّا أُخْبِرُوا كَأَنَّهُمْ تَقَالُّوهَا، فَقَالُوا: وَأَيْنَ نَحْنُ مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ قَدْ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ، قَالَ أَحَدُهُمْ: أَمَّا أَنَا فَإِنِّي أُصَلِّي اللَّيْلَ أَبَدًا، وَقَالَ آخَرُ: أَنَا أَصُومُ الدَّهْرَ وَلاَ أُفْطِرُ، وَقَالَ آخَرُ: أَنَا أَعْتَزِلُ النِّسَاءَ فَلاَ أَتَزَوَّجُ أَبَدًا، فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَيْهِمْ، فَقَالَ: «أَنْتُمُ الَّذِينَ قُلْتُمْ كَذَا وَكَذَا، أَمَا وَاللَّهِ إِنِّي لَأَخْشَاكُمْ لِلَّهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ، لَكِنِّي أَصُومُ وَأُفْطِرُ، وَأُصَلِّي وَأَرْقُدُ، وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي (رواه البخاري: 3/237)
B. TERJEMAH
7. Dari Anas bin Malik radliallahu 'anhu, dia berkata; _Ada tiga orang mendatangi rumah isteri-isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan bertanya tentang ibadah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Dan setelah diberitakan kepada mereka, sepertinya mereka merasa hal itu masih sedikit bagi mereka. Mereka berkata, "Ibadah kita tak ada apa-apanya dibanding Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bukankah beliau sudah diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan juga yang akan datang?" Salah seorang dari mereka berkata, "Sungguh, aku akan shalat malam selama-lamanya." Kemudian yang lain berkata, "Kalau aku, maka sungguh, aku akan berpuasa Dahr (setahun penuh) dan aku tidak akan berbuka." Dan yang lain lagi berkata, "Aku akan menjauhi wanita dan tidak akan menikah selama-lamanya." Kemudian datanglah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada mereka seraya bertanya: "Kalian berkata begini dan begitu. Ada pun aku, demi Allah, adalah orang yang paling takut kepada Allah di antara kalian, dan juga paling bertakwa. Aku berpuasa dan juga berbuka, aku shalat dan juga tidur serta menikahi wanita. Barangsiapa yang benci sunnahku, maka bukanlah dari golonganku."_ (HR. Bukhari : 3/237)
C. PENJELASAN SINGKAT
Muallif memberi judul hadits ini dan beberapa hadits berikutnya dengan judul: ”Jangan membuat cara-cara baru diluar sunnah Nabi”.
Selang beberapa hadits beliau memberi keterangan: bahwa hadits tersebut mengisyaratkan bahwa akan terjadi penyimpangan atau penyelewengan dalam agama dan yang beruntung adalah mereka yang siap untuk meluruskannya kembali apapun resikonya. (terjemah al-Hidayah hal: 12)
D. TAKHRIJ HADITS
Hadits diatas dikeluarkan oleh Imam Bukhari dalam Shahihnya No. 5063, Imam Muslim dalam shahihnya No. 1401, Imam Nasa’i:3217, Imam Ahmad : 13534, 13727, 14045. Ibnu Hibban :14, 317, Imam Baihaqi dalam sunan al-Kubra 13448 dan dalam Sunan Shughra 2345 dan dalam Syu’abul Iman 5093, al-Baghawi dalam syarhus-Sunnah 96 dll.
Imam Bukhari menempatkan hadits ini dalam Kitab Nikah bab rangsangan untuk menikah. Imam Muslim menempatkan hadits ini pada Kitab Nikah bab Anjuran menikah bagi orang yang sudah siap dan punya biaya sedang Imam Nasa’I menempatkannya dalam kitab Nikah bab larangan dari melajang.
E. SYARAH HADITS
Syarah Hadits dapat di temukan dalam kitab Ikmalul Mu’allim karya al-Qadli Iyad 4/528, kitab al-Mufhim karya Imam al-Qurthubi 4/85, Syarah Muslim karya Imam Nawawi 9/176, Syarah Umdatul Ahkam karya Ibnu Daqiqil Id 4/25, kitab al-'Uddah fii syarhil umdah karya Ibnu al-Aththar 3/1254, kitab Fathul Bari karya Ibnu Hajar al-Asyqalani 9/104, kitab Umdatul Qari karya al-Aini 20/65, kitab Irsyadus-Sari karya Imam al-Qastholani 8/3, kitab Subulus-Salam karya ash-Shon’ani 3/110 atau Nailul Authar karya Imam Syaukani 6/225.
FAWA’ID HADITS
Manhaj ta’abbudi yang ditempuh Nabi saw merupakan manhaj sempurna yang mengantarkan kita mencapai tingkatan Iman dan pengabdian kepada Allah yang diridhoi oleh-Nya. Perintah beribadah mahdlah kepada Allah tidak boleh dilakukan kecuali sesuai perintah dan mengikuti kepada Nabi-Nya, bukan sesuai keinginan atau hasil olah pikir kita.
Jika hadits yang disajikan semalam ditela’ah dengan baik, banyak fawa’id kulliyyah (universal) yang menjadi pembelajaran bagi kita, antara lain:
1. "الثبات والاستمرار في العبادة"
(keteguhan dan continuity dalam beribadah)
Artinya hadits itu menilai ibadah bukan dari segi jumlah tetapi kaifiyat dan intensitas pelaksanaannya, perhatikan sabda Nabi dalam riwayat Ahmad berikut,
اُكْلَفُوا مِنْ الْعَمَلِ مَا تُطِيقُونَ فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَا يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا وَكَانَ إِذَا صَلَّى صَلَاةً أَثْبَتَهَا وَكَانَ أَحَبُّ الْعَمَلِ إِلَيْهِ أَدْوَمَهُ) رواه أحمد)
Bebanilah diri kalian dengan perbuatan yang kalian mampu, karena Allah Azza WaJalla. tidak pernah akan bosan (membei pahala) hingga kalian bosan." Aisyah berkata; _"Amalan yang paling dicintai oleh Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam adalah yang dilakukan secara terus menerus sekalipun sedikit dan beliau bila melakukan shalat selalu menekuninya." (HR. Ahmad)
2. عبادة تبنى على تضييع الحقوق هذه ليست عبادة
(Ibadah yang didirikan dengan mengabaikan hak-hak lainnya bukanlah ibadah yang sebenarnya)
Dalam hadits riwayat Abu Dawud lebih ditegaskan lagi melalui hadits Nabi:
عَنْ عَائِشَةَ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَ إِلَى عُثْمَانَ بْنِ مَظْعُونٍ، فَجَاءَهُ، فَقَالَ: «يَا عُثْمَانُ، أَرَغِبْتَ عَنْ سُنَّتِي»، قَالَ: لَا وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَلَكِنْ سُنَّتَكَ أَطْلُبُ، قَالَ: «فَإِنِّي أَنَامُ وَأُصَلِّي، وَأَصُومُ وَأُفْطِرُ، وَأَنْكِحُ النِّسَاءَ، فَاتَّقِ اللَّهَ يَا عُثْمَانُ، فَإِنَّ لِأَهْلِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَإِنَّ لِضَيْفِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَإِنَّ لِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، فَصُمْ وَأَفْطِرْ، وَصَلِّ وَنَمْ .
Dari Aisyah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengutus seseorang menemui Utsman bin Mazh'un, lalu Utsman datang kepada beliau, maka beliau bersabda: "Apakah kamu membenci sunnahku?" Utsman menjawab; "Tidak, demi Allah wahai Rasulullah… bahkan sunnahmu lah yang amat kami cari." Beliau bersabda: "Sesungguhnya aku tidur, aku juga shalat, aku berpuasa dan juga berbuka, aku juga menikahi wanita. Bertakwalah kepada Allah wahai Utsman, sesungguhnya keluargamu mempunyai hak atas dirimu, dan tamumu mempunyai hak atas dirimu, dan kamu pun memiliki hak atas dirimu sendiri, oleh karena itu berpuasa dan berbukalah, kerjakanlah shalat dan tidurlah." (HR. Abu Dawud 1369)
3. Hadits ini juga mengimplikasikan 3 kelompok manusia dalam cara beribadah kepada Allah: 1) Kelompok yang berlebihan, 2) Kelompok yang kering dan kurang peduli beribadah dan 3) Kelompok yang seimbang berpegang dan mengikuti perintah Allah dan sunnah Nabi-Nya.
Ketiga kelompok ini selalu ada dan menghiasi laju zaman sampai hari kiamat nanti, dan apa yang digambarkan dalam ceritera dalam hadits, membuktikan sejak dari zaman Nabi-pun potensi mengarah pada sikap berlebihan dalam beribadah itu sudah begitu besar.
Oleh sebab itu Rasulullah dalam banyak riwayat memperingatkan:
عَلَيْكُمْ هَدْيًا قَاصِدًا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَإِنَّهُ مَنْ يُشَادَّ الدِّينَ يَغْلِبْهُ
Hendaklah kalian mengikuti petunjuk dengan sederhana (seimbang dan tengah-tengah) -tiga kali- karena barang siapa yang memberatkan dirinya dalam agama ini maka dia akan kalah. (HR. Ahmad)
Dalam sebuah Atsar disebutkan:
لن تنالوا هذا الأمر بالمبالغة، وخير دينكم أيسره
Tidak akan dicapai agama ini dengan sikap berlebihan, sebaik-baik agama kalian adalah yang paling ringan (sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi)
Artikel ini di ambil dari group kajian : NGAJI AL HIDAYAH di Whatsapp yang di pandu oleh Habib Ismail Hasim al Pasiri
No comments:
Post a Comment