Muslimah Amerika tak berhenti meluruskan kesalahpahaman tentang jilbab. Itu sebabnya, mereka tak henti berkampanye, salah satunya melalui The Hijab Project.
"Ini adalah sebuah eksperimen dimana Muslimah dan non-Muslim terlibat," kata Amara Majee, pendiri proyek seperti dilansir dalam The Hijab Project, Ahad (26/1).
Amara mengatakan fokus dari kampanye ini mencakup beberapa tiitik yakni sekolah, mal dan ruang publik. Di titik-titik itu, kalangan non-Muslim bersama Muslimah mengenakan hijab. Disana, mereka akan mengamati reaksi masyarakat.
"Apa yang Anda rasakan saat itu, akan mempengaruhi orang banyak. Maka, dasarnya, kami ingin berbagi pengalaman, kisah Anda ketika berjilbab," kata Majeed.
Amara yang merupakan keturunan keluarga imigran memahami pentingnya jembatan kesepahaman antara Islam dan warga AS. Jembatan ini yang kemudian ia implementasikan melalu The Hijab Project.
"Perlu lebih banyak informasi agar kesalahpahaman itu bisa diluruskan," kata dia.
Amara mengungkap seringkali masyarakat Barat berpikir jilbab itu merupakan bentuk pemaksaan. Padahal itu didasarkan pada niat.
Sejak diluncurkan Desember tahun lalu, proyek ini mendapat respon luar biasa. Ratusan non-Muslim dari seluruh dunia ambil bagian.
Salah seorang peserta dari kalangan non- Muslim mengaku awalnya merasa aneh dengan jilbab. Namun ketika memahami apa arti jilbab dan reaksi masyarakat Barat terhadap jilbab, ia merasa perlakuaan yang dialami Muslimah tidaklah adil.
"Saya awalnya mengutuk, tapi pengalamanan ini memberikan kesadaran sosial," kata dia yang pengalamannya dimuat pada laman The Hijab Project.
No comments:
Post a Comment