TRANSFORMASI SOSIAL DAN GERAKAN ISLAM DI INDONESIA

May 22, 2013

hukum menuju transformasi sosial
Dewasa ini kebutuhan akan adanya suatu perspektif teoretis mengenai transformasi sosial Islam merupakan suatu kebutuhan yang mendesak. Hal ini karena tanpa adanya teori semacam itu kita bukan saja tidak akan dapat memahami kenyataan- kenyataan sosial yang ada dari pandangan Islam, tetapi juga akan membuat kita terombang- ambing dalam arus perubahan sosial yang besar. Salah satu urgensi mengapa dewasa ini kita memerlukan sebuah perumusan teori sosial Islam adalah agar kita mampu mengaktualisasikan iman kita pada realitas obyektif, agar kita mampu memanifestasikan amal kita secara efektif pada kondisi- kondisi dan kenyataan- kenyataan sosial yang baru. Satu hal yang mutlak diperlukan untuk usaha perumusan teori sosial Islam adalah bahwa disamping kita harus merujuk kepada konsep- konsep normatif Islam, kita harus memperhatikan pula kenyataan- kenyataan obyektif dan empiris yang ada dalam masyarakat.

PENDAHULUAN
Kata transformasi berasal dari kata dalam bahasa Inggris transform, yang berarti mengendalikan suatu bentuk dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Jadi transformasi sosial budaya berarti membicarakan tentang proses perubahan struktur, sistem sosial, dan budaya. Transformasi di suatu pihak dapat mengandung arti proses
perubahan atau pembaharuan struktur sosial, sedang di pihak lain mengandung makna proses perubahan nilai. Kita hidup di dunia ini terus berubah. Masyarakat dan kebudayaannya terus- menerus merngalami perubahan. Kebiasaannya, aturan- aturan kesusilaannya, hukumnya, lembaga- lembaganya terus berubah. Dan semua perubahan ini mengakibatkan perubahan yang lain lagi secara timbal balik dan
berbelit- belit. ( Mayor Polak, 1985, h. 385 )
Di dalam wacana keislaman, salah satu kepentingan terbesar Islam sebagai sebuah ideologi sosial adalah bagaimana mengubah masyarakat sesuai dengan cita- cita transformasi sosial. Semua ideologi atau filsafat sosial menghadapi suatu pertanyaan pokok, yakni bagaimana mengubah masyarakat dari kondisi yang sekarang menuju kepada keadaan yang lebih dekat dengan tatanan idealnya. Elaborasi terhadap pertanyaan pokok semacam itu biasanya lalu menghasilkan teori- teori sosial yang
berfungsi untuk menjelaskan kondisi masyarakat yang empiris pada masa kini, dan sekaligus memberikan insight mengenai perubahan dan transformasinya. Karena teori- teori yang diderivasi dari ideologi- ideologi sosial sangat berkepentingan terhadap terjadinya transformasi sosial, maka dapat dikatakan bahwa hampir semua teori sosial tersebut bersifat transformatif.
Ciri transformatif dari teori- teori sosial misalnya dapat ditemukan dalam teori Marx yang tampak sekali berpretensi bukan hanya untuk menafsirkan realitas empiris tapi sekaligus juga untuk mengubahnya. Mungkin kita dapat mengatakan bahwa bahkan hampir semua teori sosial dewasa ini, kecuali yang hanya berkepentingan untuk eksplanasieksplanasi antropologis, semuanya bersifat transformatif. Hal ini karena
teori- teori tersebut dikehendaki atau tidak senantiasa mengidap keinginan untuk terjadinya perubahan, yaitu dalam rangka paradigmanya sendiri. ( Kuntowijoyo, 1994, h. 337 )
Sebagai sebuah ideologi sosial, Islam juga menderivasi teori- teori sosialnya sesuai dengan paradigmanya untuk transformasi sosial menuju tatanan masyarakat yang sesuai dengan cita- citanya. Oleh karena itu menjadi sangat jelas bahwa Islam sangat berkepentingan pada realitas sosial, bukan hanya untuk dipahami, tapi juga diubah dan dikendalikan. Bahwa Islam memiliki dinamika-dalam untuk timbulnya desakan pada adanya transformasi sosial secara terus menerus, ternyata berakar juga pada misi ideologisnya, yakni cita- cita untuk menegakkan amar ma’ruf dan nahiy munkar dalam masyarakat di dalam kerangka keimanan kepada Tuhan. Sementara amar ma’ruf berarti humanisasi dan emansipasi, nahiy munkar merupakan upaya untuk liberasi. Dan karena kedua tugas itu berada dalam kerangka keimanan, maka humanisasi dan liberasi merupakan dua sisi yang tak dapat dipisahkan dari transendensi. (Kuntowijoyo, 1994, h. 338 )
Di setiap masyarakat, dengan struktur dan sistem apapun dan dalam tahap historis yang manapun, cita- cita untuk humanisasi, emansipasi, liberasi dan transendensi akan selalu memotivasikan gerakan transformasi Islam. Cita- cita ini pulalah yang akan menjadi tema transformasi Islam, suatu tema yang dipenuhi dengan pandangan profetik tertentu mengenai perubahan.
bersambung
sumber : oleh A. Zaeny - Dosen Fakultas Ushuluddin IAIN Raden Intan Bandar Lampung.

No comments:

Post a Comment