Ingin Pahami Jilbab, Pakailah: Seruan Muslimah AS

January 26, 2014

imagesjilbab

Muslimah Amerika tak berhenti meluruskan kesalahpahaman tentang jilbab. Itu sebabnya, mereka tak henti berkampanye, salah satunya melalui The Hijab Project.

"Ini adalah sebuah eksperimen dimana Muslimah dan non-Muslim terlibat," kata Amara Majee, pendiri proyek seperti dilansir dalam The Hijab Project, Ahad (26/1).

Amara mengatakan fokus dari kampanye ini mencakup beberapa tiitik yakni sekolah, mal dan ruang publik. Di titik-titik itu, kalangan non-Muslim bersama Muslimah mengenakan hijab. Disana, mereka akan mengamati reaksi masyarakat.

"Apa yang Anda rasakan saat itu, akan mempengaruhi orang banyak. Maka, dasarnya, kami ingin berbagi pengalaman, kisah Anda ketika berjilbab," kata Majeed.

Amara yang merupakan keturunan keluarga imigran memahami pentingnya jembatan kesepahaman antara Islam dan warga AS. Jembatan ini yang kemudian ia implementasikan melalu The Hijab Project.

"Perlu lebih banyak informasi agar kesalahpahaman itu bisa diluruskan," kata dia.

Amara mengungkap seringkali masyarakat Barat berpikir jilbab itu merupakan bentuk pemaksaan. Padahal itu didasarkan pada niat.

Sejak diluncurkan Desember tahun lalu, proyek ini mendapat respon luar biasa. Ratusan non-Muslim dari seluruh dunia ambil bagian.

Salah seorang peserta dari kalangan non- Muslim mengaku awalnya merasa aneh dengan jilbab. Namun ketika memahami apa arti jilbab dan reaksi masyarakat Barat terhadap jilbab, ia merasa perlakuaan yang dialami Muslimah tidaklah adil.

"Saya awalnya mengutuk, tapi pengalamanan ini memberikan kesadaran sosial," kata dia yang pengalamannya dimuat pada laman The Hijab Project.

Jadwal Delapan Besar Inter Island Cup 2014

January 17, 2014

persis, persatuan islam

1. Refresing dulu. lantaran admin bobotoh eh persib, jadi  we nu kieu ge di jadi keun postingan he.

2. Sok mangga nu sami2 bobotoh di catat tah jadwal na.

****

 

Turnamen Inter Island Cup (IIC) 2014 telah menyelesaikan fase penyisihan grup, Kamis (16/1) malam. Kelima grup telah menyelesaikan seluruh pertandingannya sehingga babak delapan besar akan segera dimulai pada 18-22 Januari.

Berikut ini jadwal babak delapan besar turnamen IIC 2014:


GRUP A
Lokasi: Stadion Kanjuruhan, Malang

1. Sriwijaya FC (Juara Zona Sumatera)
2. Arema Cronus (Juara Zona Grup Jawa 2)
3. Barito Putera (Juara Zona Grup Kalimantan)
4. Perseru Serui (Runner-up Zona Grup Sulawesi-Papua)

Sabtu, 18 Januari 2014:
Sriwijaya FC Vs Barito Putera, 15.30 WIB
Arema Cronus Vs Perseru Serui, 19.30 WIB

Minggu, 19 Januari 2014:
Barito Putera vs Arema Cronus, 15.30 WIB
Perseru Serui vs Sriwijaya FC, 19.30 WIB

Selasa, 21 Januari 2014:
Barito Putera vs Perseru Serui, 15.30 WIB
Sriwijaya FC vs Arema Cronus, 19.00 WIB

 

GRUP B
Lokasi: Stadion Manahan, Solo

1. Persib Bandung (Juara Zona Grup Jawa 1)
2. Persik Kediri (Juara Zona Grup Jawa 3)
3. Persiram Raja Ampat (Juara Zona Grup Sulawesi-Papua)
4. Mitra Kukar (Runner-up Zona grup Kalimantan)

Minggu,19 Januari 2014
Persib Bandung vs Persiram Raja Ampat, 15.30 WIB
Persik Kediri vs Mitra Kukar, 19.00 WIB

Senin, 20 Januari 2014
Persiram Raja Ampat vs Persik Kediri, 15.30WIB
Mitra Kukar vas Persib Bandung, 19.00 WIB

Rabu, 22 Januari 2014
Persiram Raja Ampat vs Mitra Kukar, 15.30 WIB
Persib Bandung vs Persik Kediri, 19.00 WIB


*Final Inter IIC 2014 akan mempertemukan juara Grup A melawan juara Grup B

Bahagia Dengan Ridho Alloh

January 15, 2014

Oleh: Bahrus Surur-Iyunk

dzikir 


Fariduddin Attar dalam buku Tadzkiratul Awliya’ pernah bercerita tentang tobatnya seorang zahid dan tabiin bernama Malik bin Dinar al-Sami (wafat pada 130 H atau 748 M). Ia anak seorang budak Persia dari Sijistan (Kabul, Afganistan).

Namun, lelaki tampan ini berhasil membebaskan diri dari perbudakan dan menjadi seorang yang kaya raya. Malik hidup pada masa Bani Umayyah, tepatnya zaman Muawiyah di Damaskus. Saat itu, Muawiyah sedang membangun masjid agung yang anggarannya sangat besar.

Malik tertarik dan sangat ingin ditunjuk sebagai ketua takmir masjid itu. Keinginannya yang kuat mendorong dia menghamparkan sajadahnya di salah satu sudut masjid dan tampak khusyuk beribadah. Ia berharap, orang lain menganggapnya sebagai orang saleh.

Anehnya, pada malam hari ia meninggalkan masjid dan mencari hiburan di luar tanpa sepengetahuan orang-orang sekitar. Begitulah yang ia lakukan selama beberapa waktu lamanya.

Suatu malam, saat ia sedang menikmati alunan musik yang ia mainkan, tiba-tiba ia dikejutkan suara hatinya, “Malik, mengapa engkau tidak bertobat?” Mendengar suara hatinya, ia langsung menjatuhkan alat musiknya. Malik berlari ke sudut masjid yang biasa ia tempati.

“Setahun penuh aku telah menyembah Tuhan secara munafik. Tidakkah lebih baik aku beribadah dengan ikhlas? Aku malu. Aku tidak akan menerima tawaran menjadi ketua takmir masjid meski mereka menunjukku.”

Malam itu, Malik sudah tidak lagi beribadah seperti hari-hari sebelumnya. Keesokan harinya, melihat perlunya seorang ketua takmir yang akan mengurus kemakmuran masjid, para jamaah dan pejabat kota pun menghampiri Malik.

Kebetulan, Malik sedang shalat. Mereka menunggu dengan sabar. Saat Malik selesai shalat, mereka mengatakan, “Maaf mengganggu. Setelah bermusyawarah, kami sepakat menunjukmu sebagai ketua takmir masjid agung ini.”

Malik tertunduk, meneteskan air mata. “Ya Allah, aku beribadah kepadamu secara munafik sepanjang tahun dan tidak ada seorang pun yang memperhatikanku. Sekarang, ketika baru satu malam saja aku memberikan seluruh hatiku kepada-Mu dan memutuskan tidak menerima jabatan itu, Engkau mengutus 20 orang kepadaku untuk mengikatkan tugas itu di leherku. Demi keagungan-Mu, aku tidak menginginkannya.”

Pengalaman Malik bin Dinar ini menggambarkan tentang kegelisahan hati orang yang hanya mencari simpati manusia (riya) dan kebahagiaan saat berada dalam dekapan ridha Allah SWT (ikhlas). Jika boleh diibaratkan, ikhlas dan riya itu seperti antara pilihan akhirat dan dunia.

Bagaikan menanam padi di sawah, petani yang menanam padi akan mendapatkan pula rumput yang tumbuh di sekeliling padi. Tetapi, tidak ada ceritanya seseorang yang menanam rumput akan tumbuh pula padi di sekitarnya.

Padi yang ditanam adalah keikhlasan dan akhirat, sementara rumput yang tumbuh berserakan adalah riya dan dunia. Seseorang yang ikhlas akan memperoleh ridha Allah di akhirat dan sangat mungkin mendapatkan pujian dari manusia, meski ia tak menginginkannya.

Sebaliknya, seseorang yang berbuat riya tidak akan mendapatkan apa pun kecuali pandangan dan mungkin pujian atau simpati di dunia sekaligus mendapat murka dari Allah. Riya tidak jauh dari cara manusia menduakan atau menyekutukan-Nya.

Rasulullah bersabda, “Ketahuilah, Zat yang kamu bersedekah karena-Nya secara rahasia akan membalasmu secara terang-terangan di hadapan jutaan orang pada hari ketika tidak lagi berguna pujian manusia.”

Sebaliknya, Nabi mengingatkan, “Janganlah engkau bersedekah di hadapan khalayak karena bermaksud mencari pujian dari manusia. Bersedekahlah sehingga tangan kananmu yang memberi dan tangan kirimu tidak mengetahuinya.” (HR Bukhari).

Mencari perhatian, simpati, dan pujian manusia terlalu sering mengecewakan diri kita. Di samping tidak akan berguna bagi hidup kita di akhirat, juga terlalu kecil nilai kemanusiaan itu dibandingkan dengan rahmat dan ridha Allah. Mari kita tautkan hati dan kebaikan kita hanya kepada Allah. Wallahu a’lamu bi al-shawab.

Hadis riwayat Abu Musa ra., ia berkata: Aku pernah bertanya: Wahai Rasulullah, Islam manakah yang paling utama? Rasulullah saw. bersabda: Orang yang kaum muslimin selamat dari lisan dan tangannya. (HR Muslim)

View the original article here

sumber: republika co.id

Ringkasan Kitab To’am Syarah Riyadhu ash-Sholihin

January 13, 2014

Di Kirim Oleh Ust Jajang Solih via Fb Group ppi73

makan dengan tangan

JAMA’AH KAJIAN KITAB KUNING PESANTREN PERSIS 73 GAROGOL PASIRWANGI GARUT

ADAB MAKAN DAN MINUM

A. ETIKA MAKAN

1. Sebutlah nama Allah sebelum makan

2. Minimal mengucapkan ‘BISMILLAH’, atau lebih utama mengucapkan “BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM”.

3. Jika lupa membaca do’a di awal, maka bacalah “BISMILLAHI AWWALAHU WA AKHIROHU

4. Wajib makan dengan tangan kanan.

5. Haram makan dengan tangan kiri, karena:

* Berbuat dosa kepada Allah

* Takabur dari perintah rasulullah (sombong)

* Perbuatan syetan

6. Boleh makan dengan tangan kiri kalau keadaan darurat/ada halangan.

7. Jika makan berjama’ah, maka makanlah makanan yang ada di hadapan, kecuali (menurut pendapat ulama) kalau makanan terdiri dari berbagai jenis.

8. Jika makan sendirian, boleh menjulurkan tangan untuk mengambil makanan yang tidak ada di hadapan.

9. Ajarkanlah kepada anak-anak tentang etika makan.

10. Jangan mendahului makan sebelum orang yang lebih terhormat makan.

11. Jika makan berjama’ah, maka dianggap cukup seorang saja yang berdo’a dengan niat untuk semua. Yang paling afdhal adalah masing-masing membaca do’a sebelum makan.

12. Boleh menahan tangan seseorang yang hendak makan, jika tidak terdengar membaca do’a terlebih dahulu.

13. Jika disodorkan hidangan bacalah do’a:

الحمد لله كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَرَكًا فِيْهِ غَيْرَ مَكْفّي وَلاَ مُوَدَّعٍ وَلاَ مُسْتَغْنَى عَنْهُ رَبُّنَا

14. Setelah makan bacalah do’a:

الحَمْدُ لِلّهِ الَّذِي أَطْعَمَنَا وَسَقَانَا وَجَعَلْنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

15. Makanlah makanan yang dekat dengan kamu

16. Tidak boleh mengambil dua kurma atau yang sejenisnya, yang biasanya dimakan satu persatu, sebelum mendapat izin dari saudaranya.

17. Penyebab tidak merasa kenyang ketika makan, karena tidak mendapat barokah:

* Tidak membaca do’a sebelum makan

* Makan tidak dimulai dari pinggir

* Makan tidak secara berjama’ah

18. Barokah terdapat di tengah-tengah makanan, maka makanlah mulai dari pinggir makanan, hindarilah mendahulukan bagian atas makanan.

19. Tidak boleh makan sambil bersandar di tempat yang empuk

20. Aturan makan yang sehat adalah: sepertiga untuk makan, sepertiga untuk minum, dan sepertiga untuk bernafas. Ini akan melancarkan proses pencernaan makanan.

21. Makanlah ketika sudah merasa lapar.

22. Boleh makan sampai kenyang, dengan alasan dan pertimbangan tertentu (kasus Abu Hurairah)

23. Makruh makan sambil bersandar (merupakan perbuatan sombong terhadap Allah, dan menghambat proses pencernaan).

24. Makanlah dengan cara duduk, sambil bersandar atas kedua lutut (menghindari makan banyak).

25. Mesti makan dengan tiga jari (jari tengah, telunjuk dan ibu jari) ketika makan makanan yang dapat diraih dengan tiga jari.

26. Setelah makan mesti menjilati jari tangan atau menyuruh seseorang untuk menjilatinya (kalau mungkin).

27. Hendaknya menjilati (membersihkan/menghabiskan) makanan yang tersisa di tempat makanan (wadah), barangkali barokah terdapat di situ.

28. Jika makanan terjatuh dari tempat makan, maka ambil-lah makanan itu, dan jika terdapat kotoran, buanglah kotorannya, kemudian makanlah makanan tersebut, jangan sampai menyisakan sedikit makanan-pun untuk syaitan.

29. Wajib berwudhu setelah makan makanan yang dimasak dengan api (pendapat sebagian ulama). Sebagian ulama mengatakan; tidak wajib berwudhu, akan tetapi sunnah (lebih utama berwudhu).

30. Setelah makan daging unta (dimasak dengan api ataupun tidak) wajib wudhu.

31. Setelah makan makanan selain daging unta, sunnah untuk berwudhu.

B. ETIKA MINUM:

1. Membaca do’a sebelum minum.

2. Dianjurkan bernafas ketika minum sebanyak tiga kali, (secara beraturan) agar terhindar dari penyakit dan melancarkan proses pencernaan.

3. Dilarang minum dengan cara sekaligus.

4. Jika setelah minum mau memberikan minuman tersebut kepada orang lain, maka berikanlah kepada orang yang berada di sebelah kanan (anak kecil atau dewasa, terhormat atau orang biasa).

5. Minuman (kalau lebih dari satu wadah) harus diberikan pertama kali kepada orang yang meminta minuman tersebut.

6. Jika tidak terdapat orang yang meminta minuman, maka yang pertama kali diberi minuman adalah orang yang paling tua usianya, selanjutnya diberikan kepada orang yang berada di sebelah kanan orang yang memberi minuman (baik anak kecil ataupun orang tua, orang terhormat ataupun rakyat biasa).

7. Jika tidak terdapat orang tua, maka mulailah membagikan minuman dari sebelah kanan orang yang membagikan.

8. Hendaknya tidak minum langsung dari mulut wadah (bejana/kendi) atau “ditohtor” untuk menghindari sesuatu yang akan membahayakan diri yang minum.

9. Boleh minum sambil berdiri jika terpaksa.

10. Boleh mengambil berkah dari bekas minuman atau makanan nabi.

11. Tidak boleh meniup-niup minuman.

12. Kalau terlalu panas atau ada sesuatu pada minuman, maka boleh meniupnya dengan cara meniup minuman kemudian menjauhkan bejana tersebut dari mulutnya, kemudian meniupnya kembali, kemudian menjauhkan bejana dari mulutnya.

13. Minum boleh sambil berdiri (berdasarkan hadits fi’li/perbuatan nabi), tapi lebih utama minum sambil duduk (berdasarkan hadits qauli/sabda nabi). Berbeda dengan makan, maka hukumnya tetap haram sambil berdiri.

14. Nabi pernah minum air zam zam sambil berdiri.

15. Jika seseorang masuk mesjid, lalu disodorkan minuman, maka boleh minum sambil berdiri, karena menyalahi sabda rasul : “jika salah seorang dari kalian masuk mesjid, maka janganlah duduk sebelum shalat dua raka’at”.

16. Orang yang memberikan minuman (sohibul bait), jika bermaksud untuk minum, dianjurkan untuk minum paling akhir, dengan alasan:

* Segi mementingkan orang lain daripada diri sendiri.

* Jika ada kekurangan, ditanggung oleh yang membagikan minuman (sohibul bait).

17. Hal ini untuk melaksanakan perintah Rasulullah SAW dan mencontoh adab Rasulullah SAW.

18. Mengenai ikut sertanya sohibul bait dalam jamuan terhadap tamu, dikembalikan kepada adat kebiasaan masing-masing.

19. Semua wadah atau benda di alam ini adalah halal untuk dijadikan tempat minum, tempat makan, tempat bersuci atau tempat yang lainnya, kecuali terbuat dari emas dan perak.

20. Benda apapun boleh dipergunakan, kecuali ada dalil yang melarangnya.

21. Haram laki-laki memakai pakaian terbuat dari sutra.

22. Perempuan boleh memakai pakaian terbuat dari sutra hanya untuk berhias di depan suaminya.

23. Emas, perak dan sutra adalah perhiasan orang beriman nanti di surga.

 

RINGKASAN KITAB SAFAR - Syarah Riyadhu ash-Sholihin

Di kirim oleh Ust Jajang Solih via group Fb-ppi73

clip_image002

Jamaah Kajian Kitab Kuning Pesantren Persis 73 Garogol

RINGKASAN KITAB SAFAR - Syarah Riyadhu ash-Sholihin Muhammad Bin Shalih Al-‘Utsaimin

1. DIANJURKAN MEMULAI PERJALANAN UNTUK SAFAR PADA HARI KAMIS;

عن كعب بن مالك - رضي الله عنه - : أنَّ النبيَّ - صلى الله عليه وسلم - خَرَجَ في غَزْوَةِ تَبُوكَ يَوْمَ الخَمِيس ، وَكَانَ يُحِبُّ أنْ يَخْرُجَ يَوْمَ الْخَميسِ . متفقٌ عَلَيْهِ .

وفي رواية في الصحيحين: لقَلَّمَا كَانَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم - يَخْرُجُ إِلاَّ في يَوْمِ الخَمِيسِ.

Dari Ka’ab bin Malik -semoga Allah meridhainya-: bahwasanya Nabi SAW berangkat pada waktu Perang Tabuk pada hari Kamis, dan keadaan Nabi SAW menyukai bepergian pada hari Kamis.” (Bukhari Muslim)

Dan pada satu riwayat dalam ash-Shahihain: “Jarang sekali Rasulullah SAW bepergian kecuali pada hari kamis”.

2. DAN DIANJURKAN BERANGKAT PADA PAGI HARI;

وعن صخر بن وَداعَةَ الغامِدِيِّ الصحابيِّ - رضي الله عنه-: أنَّ رسولَ الله - صلى الله عليه وسلم -، قَالَ : (( اللَّهُمَّ بَارِكْ لأُمَّتِي في بُكُورِهَا (3) وَكَانَ إِذَا بَعَثَ سَرِيَّةً أَوْ جَيْشَاً بَعَثَهُمْ مِنْ أوَّلِ النَّهَارِ . وَكَانَ صَخْرٌ تَاجِراً ، وَكَانَ يَبْعَثُ تِجَارَتَهُ أوَّلَ النَّهَار ، فَأَثْرَى وَكَثُرَ مَالُهُ . رواه أَبُو داود والترمذي ، وقال : (( حديث حسن )) .

Dari Shokhr bin Wada’ah al-Ghamidi ash-Shahabiyi, semoga Allah meridhainya, bahwasanya Rasulullah SAW berdo’a: “Ya Allah, berilah berkah untuk umatku di waktu pagi (3x), dan keadaan beliau jika mengutus tentara atau pasukan perang, beliau mengirimnya di awal hari (pagi). Sedangkan Shokhr adalah seorang pedagang, dia mengirim dagangannya itu pada awal hari (pagi), maka dia menjadi kaya dan bertambah banyak hartanya. (HR. Abu Daud dan at-Tirmidzi, dan dia berkata: (hadits ini adalah hadits hasan)

3. DIANJURKAN DISERTAI TEMAN KETIKA BEPERGIAN;

عن ابن عمرَ رضي اللهُ عنهما ، قَالَ : قَالَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم - : (( لَوْ أنَّ النَّاسَ يَعْلَمُونَ مِنَ الوحدَةِ مَا أعْلَمُ، مَا سَارَ رَاكبٌ بِلَيْلٍ وَحْدَهُ ! )) رواه البخاري.

Dari Abdullah bin Umar -semoga Allah meridhai keduanya-, dia berkata; telah bersabda Rasulullah SAW: “Andaikan orang-orang mengetahui bahayanya orang yang berjalan sendirian sebagaimana yang aku ketahui, maka tidak akan ada orang berkendaraan yang berani berjalan sendirian pada waktu malam.” (HR. Bukhari)

4. DIANJURKAN MENGANGKAT SEORANG PEMIMPIN YANG AKAN DITAATI KETIKA BEPERGIAN LEBIH DARI SEORANG;

وعن أَبي سعيد وأبي هُريرة رضي اللهُ تَعَالَى عنهما، قالا : قَالَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم - : (( إِذَا خَرَجَ ثَلاَثَةٌ في سَفَرٍ فَليُؤَمِّرُوا أحَدَهُمْ )) حديث حسن ، رواه أَبُو داود بإسنادٍ حسن .

Dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah -semoga Allah meridhai keduanya-, mereka berkata: telah bersabda Rasulullah SAW: “apabila ada tiga orang yang keluar untuk satu perjalanan, maka hendaklah mereka mengangkat pemimpin (rombongan) salah seorang diantara mereka”. (Hadits Hasan. H.R. Abu Daud dengan sanad Hasan)

5. DIANJURKAN MERAWAT DAN BERSIKAP BIJAKSANA (BERBUAT IHSAN) ATAS KENDARAAN YANG DITUMPANGI KETIKA MELAKUKAN SAFAR;

عن أَبي هُريرةَ - رضي الله عنه -، قَالَ : قَالَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم - : (( إِذَا سَافَرْتُمْ فِي الخِصْبِ، فَأعْطُوا الإبلَ حَظَّهَا مِنَ الأَرْضِ، وَإِذَا سَافَرْتُمْ في الجدْبِ، فَأسْرِعُوا عَلَيْهَا السَّيْرَ، وَبَادِرُوا بِهَا نِقْيَهَا، وَإِذَا عَرَّسْتُمْ، فَاجْتَنِبُوا الطَّرِيقَ ؛ فَإنَّهَا طُرُقُ الدَّوَابِّ، وَمَأوَى الهَوَامِّ بِاللَّيْلِ )) رواه مسلم .

Dari Abu Hurairah -semoga Allah meridhainya-, dia berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW: “Apabila kalian bepergian (melewati) daerah yang subur, maka penuhilah hak unta (kendaraan) dari bumi. Dan jika kalian bepergian (melewati) daerah yang gersang maka percepatlah laju jalannya unta (kendaraan), dan percepatlah sumsumnya. Dan jika kalian berhenti sebentar untuk beristirahat, maka hindarilah berhenti di (tengah) jalan, sebab itu merupakan tempat berjalannya binatang ternak, dan tempatnya singa di waktu malam”. (H.R. Muslim)

6. JIKA BERNIAT TIDUR KETIKA BERISTIRAHAT PADA WAKTU AWAL MALAM (JAUH DARI WAKTU SHALAT SHUBUH), MAKA DIANJURKAN TIDUR BERBARING KE SEBELAH KANANNYA. TETAPI JIKA HENDAK TIDUR PADA WAKTU DEKAT MENJELANG SHUBUH, MAKA DIANJURKAN TIDUR DENGAN CARA MEMBENTANGKAN SIKUT DAN MENEMPATKAN KEPALA DI ATAS TELAPAK TANGANNYA (AGAR SHALAT SHUBUH TIDAK KETINGGALAN);

وعن أَبي قتادة - رضي الله عنه -، قَالَ : كَانَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم - إِذَا كَانَ فِي سَفَرٍ، فَعَرَّسَ بِلَيْلٍ اضْطَجَعَ عَلَى يَمِينهِ ، وَإِذَا عَرَّسَ قُبَيلَ الصُّبْحِ نَصَبَ ذِرَاعَهُ ، وَوَضَعَ رَأسَهُ عَلَى كَفِّهِ. رواه مسلم

Dari Abu Qatadah -semoga Allah meridhainya-, dia berkata: “Adalah Rasulullah SAW apabila sedang berada dalam satu perjalanan, kemudian berhenti sebentar untuk beristirahat di waktu malam, beliau berbaring menghadap ke sebelah kanan beliau, dan apabila beliau berhenti sebentar untuk istirahat pada saat waktu mendekati shubuh, beliau membentangkan tangannya (dari siku sampai ujung jari), dan meletakkan kepala di atas telapak tangannya. (H.R. Muslim)

7. KETIKA BERISTIRAHAT DAN TIDUR, DIANJURKAN MEMILIH TEMPAT YANG AMAN

8. KETIKA BERISTIRAHAT DI PERJALANAN, DILARANG TERPISAH DARI KELOMPOK;

وعن أَبي ثَعْلَبَةَ الخُشَنِيِّ -رضي الله عنه-، قَالَ: كَانَ النَّاسُ إِذَا نَزَلُوا مَنْزِلاً تَفَرَّقُوا في الشِّعَابِ وَالأوْدِيَةِ. فَقَالَ رسولُ الله-صلى الله عليه وسلم-: (إنَّ تَفَرُّقكُمْ فِي هذِهِ الشِّعَابِ وَالأوْدِيَةِ إنَّمَا ذلِكُمْ مِنَ الشَّيْطَانِ !) فَلَمْ يَنْزِلُوا بَعْدَ ذَلِكَ مَنْزِلاً إِلاَّ انْضَمَّ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ. رواه أَبُو داود بإسناد حسن .

Dari Abu Tsa’labah al-Khusyani -semoga Allah meridhainya-, dia berkata; “Keadaan orang-orang apabila singgah di suatu tempat, mereka terpisah-pisah di perbukitan dan lembah-lembah. Maka Rasulullah SAW bersabda: “sungguh tercerai-berainya kalian sesungguh-nya itulah perbuatan dari syetan! Maka setelah (kejadian) itu, mereka tidak berhenti di suatu tempat kecuali sebagian dari mereka berkumpul dengan sebagian yang lainnya. (H.R. Abu Daud dengan derajat hasan)

9. DIANJURKAN SALING TOLONG MENOLONG DENGAN SESAMA PADA SAAT BEPERGIAN;

وعن أَبي سعيد الخدري - رضي الله عنه - ، قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ في سَفَرٍ إذْ جَاءَ رَجُلٌ عَلَى رَاحِلَةٍ لَهُ ، فَجَعَلَ يَصْرِفُ بَصَرَهُ يَمِيناً وَشِمَالاً ، فَقَالَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم- : (مَنْ كَانَ مَعَهُ فَضْلُ ظَهْرٍ فَلْيَعُدْ بِهِ عَلَى مَنْ لاَ ظَهْرَ لَهُ ، وَمَنْ كَانَ لَهُ فَضْلُ زَادٍ فَلْيَعُدْ بِهِ عَلَى مَنْ لاَ زَادَ لَهُ) ، فَذَكَرَ مِنْ أصْنَافِ المَالِ مَا ذَكَرَهُ ، حَتَّى رَأيْنَا ، أنَّهُ لاَ حَقَّ لأَحَدٍ مِنَّا فِي فَضْلٍ . رواه مسلم.

Dari Abu Sa’id al-Khudzriy -semoga Allah meridhainya-, dia berkata: “Ketika kami berada di suatu perjalanan, tiba-tiba datang seorang laki-laki di atas kendaraan miliknya, kemudian laki-laki tersebut mulai mengarahkan pandangannya ke kanan dan ke kiri. Maka Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang mempunyai kelebihan harta yang banyak, maka berikanlah yang lebih itu kepada orang yang tidak mempunyai harta. Dan barangsiapa yang mempunyai perbekalan yang lebih, maka berikanlah yang lebih itu kepada orang yang tidak memiliki bekal. Kemudian beliau menyebutkan pembagian harta yang telah beliau sebutkan sehingga kami berpendapat bahwa tidak ada hak sama sekali bagi seseorang dari kami dalam hal yang lebih (dari keperluan). (H. R. Muslim)

10. DIANJURKAN BERDO’A KETIKA SAFAR

وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه - ، قَالَ : قَالَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم - : (( ثلاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَات لاَ شَكَّ فِيهِنَّ : دَعْوَةُ المَظْلُومِ ، وَدَعْوَةُ المُسَافِرِ ، وَدَعْوَةُ الوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ )) رواه أَبُو داود والترمذي ، وقال : ( حديث حسن ). وليس في رواية أَبي داود : ( عَلَى وَلَدِهِ ).

Dari Abu Hurairah -semoga Allah meridhainya-, berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW: “Ada tiga macam do’a yang akan dikabulkan (oleh Allah), tidak diragukan lagi tentang ketiganya; “(yakni) Do’a orang yang terdzalimi, Do’a orang yang bepergian, dan Do’a orang tua terhadap anaknya”. (H.R. Abu Daud dan at-Turmudzi, dia mengatakan: Hadits yang Hasan. Sedangkan dalam riwayat Abu Daud tidak ada lafadz (‘ala waladihi: terhadap anaknya)

11. DO’A KETIKA NAIK KENDARAAN

اَللهُ اَكْبَرُ (3×)

سُبْحَانَ الَّذِى سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ . اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِى سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى . اللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ . اللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِى السَّفَرِ وَالْخَلِيفَةُ فِى الأَهْلِ . اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ وَسُوءِ الْمُنْقَلَبِ فِى الْمَالِ وَالأَهْلِ والْوَلَدِ.

“Maha Suci Dzat yang telah menundukkan kendaraan ini untuk kami, sedang sebelumnya kami tidak mampu. Dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami (di hari Kiamat). Ya Allah! Sesungguh-nya kami memohon kebaikan dan taqwa dalam bepergian ini, kami mohon perbuatan yang meridhakan-Mu. Ya Allah! Permudahlah perjalanan kami ini, dan dekatkan jaraknya bagi kami. Ya Allah! Engkau-lah teman dalam bepergian dan yang mengurusi keluarga(ku). Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kelelahan dalam bepergian, pemandangan yang menyedihkan dan perubahan yang jelek dalam harta dan keluarga dan anak-anak.”

(Berdasarkan H.R. Muslim dari Ibnu Umar r.a)

12. KETIKA PULANG DARI SAFAR DAN DI SAAT MELIHAT KAMPUNG HALAMAN DIANJURKAN UNTUK BERDO’A;

آيِبُونَ ، تَائِبُونَ ، عَابِدُونَ ، لِرَبِّنَا حَامِدُونَ

“Kami kembali dengan bertaubat, tetap beribadah dan selalu memuji kepada Tuhan kami”

(Berdasarkan H.R. Muslim dari Ibnu Umar r.a)

Do’a ini dibaca terus menerus hingga tiba di kampung halaman

13. DIANJURKAN TAKBIR SEBANYAK 1X, 2X, ATAU 3X KETIKA MELEWATI JALAN YANG MENANJAK ATAU KETIKA BERADA DI TEMPAT YANG TINGGI, SERTA DIANJURKAN MEMBACA TASBIH SEBANYAK 1X, 2X, ATAU 3X KETIKA MELEWATI JALAN YANG MENURUN ATAU KETIKA BERADA DI TEMPAT YANG RENDAH;

وعن ابن عمرَ رضي اللهُ عنهما ، قَالَ : كَانَ النَّبيُّ - صلى الله عليه وسلم - وجيُوشُهُ إِذَا عَلَوا الثَّنَايَا كَبَّرُوا ، وَإِذَا هَبَطُوا سَبَّحُوا . رواه أَبُو داود بإسناد صحيح.

Dari Ibnu Umar -semoga Allah meridhai keduanya-, dia berkata: “Nabi SAW dan pasukannya apabila menaiki jalan-jalan yang mendaki mereka bertakbir dan apabila mereka menurun mereka bertasbih”. (H.R. Abu Daud dengan sanad yang shahih)

14. KETIKA KHAWATIR DAN MERASA TAKUT TERHADAP SUATU KAUM, MAKA DIANJURKAN BERDO’A;

اللَّهُمَّ إِنَّا نَجْعَلُكَ فِى نُحُورِهِمْ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ شُرُورِهِمْ

“Ya Allah! Sesungguhnya kami menjadikan Engkau di leher mereka (agar kekuatan mereka tidak berdaya dalam berhadapan dengan kami), dan aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan mereka.”

(Berdasarkan H.R. at-Turmudzi dari Abu Musa al-Asy’ari)

15. KETIKA SINGGAH DI SUATU TEMPAT, MAKA DIANJURKAN BERDO’A DENGAN DO’A;

أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ

"Aku berlindung dengan segala firman-firman Allah yang lengkap sempurna dari gangguan (kejahatan) semua makhluk-Nya"

(Berdasarkan H.R. Muslim dari Khaulah binti Hakim)

16. DO’A KETIKA MENGHADAPI MALAM DALAM SUATU PERJALANAN

يَا أرْضُ، رَبِّي وَرَبُّكِ اللهُ ، أعُوذُ بِاللهِ مِنْ شَرِّكِ وَشَرِّ مَا فِيكِ ، وَشَرِّ مَا خُلِقَ فِيكِ ، وَشَرِّ مَا يَدِبُّ عَلَيْكِ ، وَأعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ أسَدٍ وَأسْوَدٍ ، وَمِنَ الحَيَّةِ وَالعَقْرَبِ ، وَمِنْ سَاكِنِ البَلَدِ ، وَمِنْ وَالِدٍ وَمَا وَلَدَ

"Hai bumi, Robb-ku dan Robb-mu adalah Allah. Aku berlindung kepada Allah dari gangguanmu dan gangguan yang ada padamu, dan dari gangguan makhluk yang ada padamu, dan dari gangguan yang hidup di mukamu. Aku berlindung kepada Allah dari gangguan singa, srigala, ular, kalajengking dan dari penghuni negeri serta dari bapak (iblis) dan anak (syetan).

(Berdasarkan H.R. Abu Daud dari Ibnu Umar)

17. DIANJURKAN UNTUK SEGERA PULANG KEMBALI KEPADA KELUARGA JIKA MAKSUD DAN KEPERLUAN SUDAH SELESAI;

عن أَبي هريرة - رضي الله عنه - : أنَّ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - ، قَالَ : (( السَّفَرُ قِطْعَةٌ مِنَ العَذَابِ، يَمْنَعُ أحَدَكُمْ طَعَامَهُ وَشَرابَهُ وَنَوْمَهُ، فَإذَا قَضَى أحَدُكُمْ نَهْمَتَهُ مِنْ سَفَرِهِ ، فَلْيُعَجِّلْ إِلَى أهْلِهِ )) متفقٌ عَلَيْهِ.

Dari Abu Hurairah -semoga Allah meridhainya- Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Bepergian itu adalah sebagian dari siksa, seseorang terhalang dari makan, minum dan tidurnya. Maka jika salah seorang dari kalian telah selesai menunaikan maskudnya, hendaklah ia segera kembali kepada keluarganya.” (H.R. Bukhari Muslim)

18. DIANJURKAN PULANG DARI SAFAR PADA WAKTU SIANG HARI, DAN MAKRUH HUKUMNYA PULANG DARI SAFAR PADA WAKTU MALAM HARI, KECUALI ADA HALANGAN ATAU TELAH MEMBERITAHUKAN TERLEBIH DAHULU KEPADA KELUARGANYA;

وعن أنسٍ - رضي الله عنه - ، قَالَ : كَانَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم - لا يَطْرُقُ أهْلَهُ لَيْلاً ، وَكَانَ يَأتِيهمْ غُدْوَةً أَوْ عَشِيَّةً . متفقٌ عَلَيْهِ

Dari Anas -semoga Allah meridhainya-, berkata: “Adalah Rasulullah SAW tidak biasa mengetuk pintu keluarganya pada waktu malam, dan beliau biasa mendatangi mereka pada waktu pagi atau sore hari”. (H.R. Bukhari Muslim)

19. DIANJURKAN UNTUK MENJADIKAN MESJID YANG ADA DI KAMPUNG HALAMAN SEBAGAI TEMPAT YANG PERTAMA KALI DISINGGAHI, KEMUDIAN MELAKSANAKAN SHALAT DUA RAKA’AT DI MESJID ITU;

عن كعب بن مالِك - رضي الله عنه - : أنَّ رسولَ الله - صلى الله عليه وسلم - كَانَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ ، بَدَأ بِالْمَسْجِدِ فَرَكَعَ فِيهِ رَكْعَتَيْنِ . متفقٌ عَلَيْهِ.

Dari Ka’ab bin Malik -semoga Allah meridhainya-: “Sesungguhnya Rasulullah SAW jika tiba dari bepergian, beliau mendahulukan masuk ke mesjid dan shalat dua raka’at di dalam mesjid itu”. (H.R. Bukhari Muslim)

20. HARAM HUKUMNYA BAGI SEORANG PEREMPUAN BEPERGIAN TANPA DITEMANI MAHRAMNYA;

عن أَبي هريرة - رضي الله عنه -، قَالَ: قَالَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم -: (( لاَ يَحِلُّ لامْرَأَةٍ تُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَومِ الآخِرِ تُسَافِرُ مَسِيرَةَ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ إِلاَّ مَعَ ذِي مَحْرَمٍ عَلَيْهَا )) متفقٌ عَلَيْهِ.

Dari Abu Hurairah -semoga Allah meridhainya- berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Tidak halal bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir bepergian dalam perjalanan sehari semalam kecuali bersama mahramnya”. (H.R. Bukhari Muslim)

 

Si Alim dan Penjaga Toko

January 11, 2014

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Syahruddin El-Fikribanner-group-ppi2


Dikisahkan pada suatu masa, ada seorang alim yang tinggal di desa. Dia mempergunakan hari-harinya dengan mendekatkan diri kepada Allah. Dia juga menjaga dirinya dari hal-hal yang bisa membuatnya lalai mengingat Allah.

Suatu malam kala tertidur, sang alim bermimpi. Dalam mimpinya ia menyaksikan seorang penjaga toko memiliki keimanan lebih baik darinya.

Saat terbangun, dia merasa aneh, karena dirinya yang begitu banyak mendekatkan diri kepada Allah SWT, ternyata masih kalah hebat dibandingkan sang penjaga toko.

Dia berpikir mimpinya hanya bunga tidur semata. Walau demikian, sang alim belum merasa puas. Dia penasaran dengan mimpinya. Akhirnya, dia pun bertekad mencari sang penjaga toko yang hadir dalam mimpinya.

Singkat cerita, sang alim bisa bertemu dengan penjaga toko. Dia memerhatikan kegiatan si penjaga toko itu. Si penjaga toko melayani pembeli dengan lapang dada. Tak lupa, senyum manis ia berikan kepada para pembelinya.

Ketika panggilan shalat tiba, si penjaga toko pun pergi menunaikan ibadah shalat. Tak lama, ia kembali lagi ke toko untuk menjaga dan menjualkan barang milik majikannya.

Saat menyaksikan ada sang alim yang belum dilayani, sang penjaga toko kemudian menemuinya. Ia pun memberi salam dan menyapanya. “Adakah yang bisa saya bantu untuk tuan,” kata si penjaga toko.

Sang alim menyampaikan dirinya tak membutuhkan apa-apa. Dia menyampaikan perihal mimpinya dan ingin menyaksikan kegiatan si penjaga toko saja.

“Saya tak menemukan sesuatu yang begitu istimewa dari kegiatan Anda. Mengapa keimanan Anda dianggap melebihi kebiasaan yang saya lakukan,” ujar si alim.

Si penjaga toko terdiam. Dia enggan menceritakan kegiatannya. Namun, karena terus didesak, ia akhirnya mau menceritakan yang sesungguhnya.

“Baik tuan, sebelum saya menjelaskannya, saya punya satu permintaan yang harus tuan kerjakan. Dan bila tidak, maka saya juga tidak akan menceritakannya,” kata si penjaga toko. Sang alim pun menyanggupinya.

“Ini ada cawan datar yang berisi air raksa. Tolong bawa cawan ini hingga ke ujung jalan dan bawa kembali ke sini dalam waktu kurang 30 menit tanpa ada air raksa yang tumpah,” ujar si penjaga toko.

Sang alim pun segera membawa cawan itu dengan sedikit berlari. Hampir saja air raksa itu tumpah. Ia kemudian memilih berjalan secara hati-hati dan konsentrasi agar air raksa tidak tumpah. Sang alim berhasil sampai ke ujung jalan.

Ia kemudian kembali lagi. Upaya yang sama ia lakukan seperti sebelumnya, yakni berjalan pelan, hati-hati, penuh konsentrasi, dan fokus, agar air raksa tak tumpah.

Dan dalam waktu kurang dari 30 menit, sang alim berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik, kendati dengan nafas menggebu. Ia lalu menyerahkan cawan itu dan memohon sang penjaga toko menceritakan kegiatannya.

Karena tugas sudah dilaksanakan dengan baik, si penjaga toko pun memujinya. Ia bertanya kepada sang alim. “Selama membawa cawan berisi air raksa ini, berapa kali tuan mengingat Allah?” ujarnya.

“Ingat Allah? Tidak, saya tidak sempat mengingat-Nya sama sekali, karena saya harus konsentrasi agar cawan berisi air raksa ini tidak tumpah,” terang sang alim.

Akhirnya si penjaga toko menjelaskan, letak perbedaan antara dirinya dengan sang alim.  “Tuan, selama menjaga toko ini, saya harus tetap fokus untuk mengingat Allah. Sama dengan yang tuan lakukan membawa cawan berisi air raksa ini. Tuan fokus, dan penuh konsentrasi. Saya juga demikian, tetap melayani pembeli dengan ramah dan sesuai syariat, tapi saya harus selalu fokus mengingat Allah,” ujar si penjaga toko. Ia pun mengutip bunyi QS an-Nur [24]: 37-38.

Kisah ini, menjadi pendorong bagi kita sebagai Muslim, untuk senantiasa fokus dan konsentrasi mengingat Allah (zikir) dalam kondisi apa pun. Karena, hanya dengan cara mengingat-Nya, maka diri kita akan selamat. (QS Ali Imran [3]: 190-191). Wallahu a’lam.

View the original article here

KOREKSI SEJARAH KH.FIRDAUS AN

January 10, 2014

BENDERA ISLAM

KH. Firdaus AN, mantan Ketua Majelis Syuro Syarikat Islam kelahiran Maninjau tahun 1924 dalam bukunya “ Syarikat Islam Bukan Budi Utomo : Meluruskan Sejarah Pergerakan Bangsa “( seperti ditulis Rizky Ridyasmara dlm ppiindia ),  menilai bahwa Budi Utomo (BO)  tidaklah memiliki andil untuk perjuangan kemerdekaan, mereka itu adalah para pegawai negeri  ( ambtenaar ) yang digaji Belanda untuk mempertahankan penjajahan yang dilakukan tuannya atas Indonesia. 

BO juga tidak turut mengantarkan bangsa ini ke pintu gerbang kemerdekaan, karena telah bubar pada tahun 1935. BO adalah organisasi sempit, lokal dan etnis sentris. Hanya orang Jawa dan Madura yang boleh menjadi anggotanya. BO didirikan di Jakarta tanggal 20 Mei 1908 atas prakarsa para mahasiswa kedokteran STOVIA, Soetomo dan kawan-kawan.

Di dalam rapat-rapat perkumpulan dan bahkan dalam penyusunan Anggaran Dasar Organisasi-pun BO tidak menggunakan bahasa Indonesia, melainkan menggunakan bahasa Belanda. Dalam rapat-rapat, BO tidak pernah membahas tentang kesadaran berbangsa dan bernegara yang merdeka. Mereka hanya membahas bagaimana memperbaiki tarap hidup orang-orang Jawa dan Madura di bawah pemerintahan Ratu Belanda.
View the original article here

Sejarah Pesantren Persis Di Indonesia

by : info_persis

ppi5

Tweps, hari ini kita kultwit tentang sejarah Pesantren Persis, Persatuan Islam ya.. Bismillah...

1. Persis sejak awal konsen di dunia pendidikan sbg salahsatu jalan dlm berdakwah mnyebarkan faham Quran Sunnah d Indonesia #PesantrenPersis

2. Awal pendirian Persis, pendidikan dlakukan dg ceramah2, diskusi, yg dselenggarakan oleh pribadi pendirinya: HM. Zamzam

3. HM. Zamzam & A. Hassan biasanya mjd pmbicara dlm ceramah & diskusi yg digelar Persis mmbahas akidah & ibadah #PesantrenPersis

4. Lalu terbentuklah madrasah utk anak2 anggota Persis & pemuda yg sdh tamat sekolah menengah pemerintah diasuh A.Hassan #PesantrenPersis

5. Sekitar tahun 1927 madrasah itu memulai aktifitas belajar, diskusi dlsb. A.Hassan sbg pembimbing pun ikut berdinamika #PesantrenPersis

6. A.Hassan sndiri mrs trdorong utk mmprdalam kajian utk mnjawab masalah2 yg mncul dlm diskusi2 d mdrasah tsb #PesantrenPersis

7. Pendidikan Formal Persis dikenal dg PENDIS mrupakan cikal bakal #PesantrenPersis atas inisiatif M. Natsir pd thn 1930an.

8. Gagasan awal PENDIS adlh mmberikan pendidikan bg rakyat pribumi sbg bntuk perlawanan thd ketimpangan sosial & penjajahan #PesantrenPersis

9. Masyarakat yg mayoritas Muslim kala itu bodoh & terbelakang, tdk paham Islam dan tdk bs baca Quran #PesantrenPersis

10. Thn 1932 berkumpul kaum muslim yg peduli thd pendidikan menyepakati brdirinya PENDIS berupa kursus sore dbina M.Natsir #PesantrenPersis

11. PENDIS brtujuan utk mmbrikan plajaran2 ilmu modern yg dipadukan plajaran agama Islam brupa Frobel Scool (TK), HIS, MULO #PesantrenPersis

12. PENDIS yg diketuai M.Natsir jg ajarkan prdagangan, prtukangan, asrama, kursus2, ceramah2 & kwekschool (skolah guru) #PesantrenPersis

13. PENDIS smkin brkmbang. thn 1938 dg inisiatif alumninya PENDIS dibuka d 5 cabang di Jabar, Kalimantan & Bangka #PesantrenPersis

14. PENDIS kmudian pndah ke gedung yg lbh besar di Jl. Lengkong Besar 16 Bdg yg disokong dana oleh HM. Junus. #PesantrenPersis

15. Krn HM. Junus sbg penyokong dana meninggal, maka PENDIS tdk mamapu mmbayar sewa gedung smapai diusir pemiliknya #PesantrenPersis

16. M.Natsir memanfaatkan gd milik Persis d Jl. Lengkong Besar 74 Bdg sampai akhirnya PENDIS dtutup paksa Jepang thn 1942 #PesantrenPersis

17. Kita flashback ke Maret 1936, A.Hassan mndirikan lembaga pendidikan utk kajian agama bernama "Pesantren Persatuan Islam #PesantrenPersis

18. Tujuan utama #PesantrenPersis A. Hassan adlh mncetak kader2 muballigh Persis.

19. Yg mnarik, #PesantrenPersis ini didirikan oleh jamiyyah, bukan oleh A.Hassan scr pribadi, brbeda dg pesnatren lain d indonesia kala itu

20. Pesantren di tanah air kala itu semuanya didirikan atas inisiatif individu, kiayi skaligus yg mngasuhnya #PesantrenPersis

22. #PesantrenPersis A.Hassan tsb disebut "Pesantren Besar" dg staf pengajar M.Natsir & R. Abdul Kadir dll. Bermaksud mncetak kader ulama.

23. "Pesantren Kecil" untuk anak2 pd sore hari dikepalai Hasan Hamid & slhsatu gurunya KHE. Abdurrahman #PesantrenPersis

25. 15 santri lainnya bertahan di Bandung dibawah binaan KHE. Abdurrahman & digabung dg Pesantren Kecil sore hari #PesantrenPersis

26. Sekolah Pendis yg ditutup Jepang pun muridnya pindah ke Pesantren Kecil, hingga bertambah banyaklah santrinya #PesantrenPersis

24. Thn 1940, A.Hassan mmutuskan pindah ke Bangil, Pasuruan, Jatim & mndirikan #PesantrenPersis disana. 25 dr 40 santri ikut bersama beliau

27. Sejak saat itulah Pesantren Kecil lebih dikenal dengan sebutan PESANTREN PERSATUAN ISLAM tingkat ibtidaiyyah #PesantrenPersis

28. #PesantrenPersis kemudian mengadopsi kurikulum Pendis (yg ditutup Jepang) yakni pelajaran2 umum

21. #PesantrenPersis didirikan utk mncetak kader yg "Tafaqquh Fid Diin" faham agama diambil dr QS. At Taubah: 122

29. Tahun 1948 M. Isa Anshory terpilih sebagai Ketua Umum Persis dan KHE. Abdurrahman sbg Sekjen "Pusat Pimpinan" Persis #PesantrenPersis

30. Di thn itu pula dilakukan pembenahan thd #PesantrenPersis dan Persis mulai menampakan identitas dakwah pendidikan-nya.

31. Atas prakarsa M.I Sudibya tahun 1948 #PesantrenPersis Bandung dibuka di Jl. Kalipah Apo no. 5 (Skrg dijadikan Kantor PP Persistri)

32. Setelah melakukan penyempurnaan kurikulum, akhirnya thn 1950 #PesantrenPesis membuka jenjang pendidikan Tsanawiyyah

33. Thn 1955 Bidang Pendidikan Persis mulai melakuakn standarisasi & penyeragaman kurikulum #PesantrenPersis yg saat itu sdh 20 Jumlahnya.

34. Stlh standarisasi kurikulum #PesantrenPersis Bandung, mjd model bg seluruh Pesantren Persis di Indonesia

35. #PesantrenPersis thn 1956 ada 3 jenjang; Ibtidaiyyah kelas tahdiri a & b, kelas I, II, III & IV. Tkt Tsnawiyyah 4 thn, Mu'allimin 2 thn

36. Bg yg tdk ibtidaiyyah namun ingin ke tsanawiyyah #PesantrenPersis, thn 1954 dibuka kelas persiapan (tajhiziyah) selama 2 thn

37. Thn 1980 tdp 78 #PesantrenPersis di seluruh Indonesia. Yg terbesar adlh Bandung (Pajagalan) & Bangil.

38. Thn 80-90an bbrp #PesantrenPersis berkembang (muridnya lbh dr 100) mmbuka tkt Tsanawiyyah: PPI 19 Bentar, PPI 76 Tarogong, PPI 67 Benda

39. Thn 2008 #PesantrenPersis brkembang pesat hingga ke luar Jawa. dg 102 Diniyyah, 10 MI, 9 Tajhiziyyah, 92 Tsn, 40 Mln & 2 Aliyyah

40. Rincian #PesantrenPersis bisa dicek di http://t.co/TxkNdyIom0

41. Hingga thn 2010 Persis pun mengelola sekolah umum. Thn 2008: 4 SD, 5 SMP, 3 SMA d Jkt, Cianjur, Sukabumi, Ciamis, Tasik, Bdg dan Grt.

42. Perguruan Tinggi nanti kita bahas lbh rinci di kultwit berikutnya, smntara ini ada 3 Jenis: STAI, STKIP dan Mahad Aliy #PesantrenPersis

43. #PesantrenPersis akan terus bertamabah, terus berkembang, terus melahirkan pemimpin umat dan bangsa. Insya Allah.

44. Alhamdulillah Kultwit Selesai, semoga bermanfaat bagi kita semua. Jangan lupa: MUSLIM KEREN ITU SEKOLAH DI #PESANTRENPERSIS setujuuuuu??

Membahas Arti Bid'ah Ibadah Dan Aqidah

January 7, 2014

Dari waktu ke waktu perbuatan Bi'dah ini bukan semakin kurang, malah semakin lumrah terjadi. Padahal persoalan ibadah ini tidak lagi dapat ditoleransi oleh pendapat siapun, legalisasinya wajib mengacu pada Al-Qur'an dan Hadits Nabi saw. Kalau tidak, maka konsekwensinya bukan pahala tetapi siksa dari Allah swt. Mengingat alasan dalil mengenai bahaya dan harus mewaspadai ibadah jangan sampai terkontaminasi dengan perbuatan bid'ah, maka pembahasan bid'ah agama baik dalam ibadah maupun aqidah tak lekang oleh tempat dan juga waktu. 
Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Allah dengan sungguh-sungguh ingat yang banyak dan bertasbihlah kepada Allah di waktu pagi dan petang”. (Al Ahzab ayat 41-42)
Perintah memperbanyak zikir dan bertasbih seperti tersebut di atas, bukanlah berarti memberi kebebasan kepada setiap orang untuk menambah rakaat shalat, azan dan shalat hari raya atau menyusun wirid yang kemudian ditetapkan untuk selalu dibaca dalam waktu-waktu tertentu. Ibadah-ibadah ini pokok persoalannya adalah masalah akhirat. Sedangkan masalah akhirat itu ghaib bagi manusia.

Oleh sebab itu, bagaimanapun tingginya kedudukan seseorang bahkan sudah dianggap syekh, ulama, kiyai atau apapun sebutan, mereka tidak mempunyai hak dan kebebasan untuk menambah cara-cara baru. Sedangkan dalam masalah keduniaan, tidak ada satu pun halangan untuk melaksanakan satu perintah dengan berbagai macam cara, baik cara-cara itu sudah pernah dipakai oleh orang-orang dahulu maupun belum. Misalnya tentang menjaga hak dan harta orang lain serta mengatur kemaslahatan umat, kesemuanya itu merupakan maksud yang menjadi tujuan syariat Islam.


Bid’ah yang diharamkan oleh syara' berkisar pada masalah ubudiyah yang sama sekali tidak dapat diusahakan kemaslahatannya atau diijtihadkan. Orang yang mengerjakan satu perbuatan (ibadah) yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi s.a.w., sama seperti meninggalkan perintahnya. Apabila sudah pasti bahwa Rasulullah saw tidak pernah mengerjakannya, kita wajib meninggalkannya sekalipun larangannya tidak ada. Dan kalau kita kerjakan, itu termasuk bidaah.


Contoh kasus tahlilan bid'ah, amalan ta’ziyah (bela sungkawa) terhadap orang yang meninggal dunia dengan membaca Al-Quran, membaca tawasul dan wirid, berkumpul dengan makan-makan bersama. Mencari rahmat dan pahala memang sudah ada sejak dahulu, tetapi cara tersebut tidak pernah terjadi pada masa Rasulullah s.a.w. dan para sahabatnya. Padahal, sejak dulu zaman nabi para sahabat orang yang meninggal sudah banyak dan sahabat-sahabat r.a. pun adalah di kalangan mereka melakukan itu.
Tradisi di atas ini jelas hukumnya bid’ah dan agama tidak membenarkannya karana Rasulullah saw tidak pernah mengerjakannya juga mencontohkannya, walau larangannya pun tidak ada. Jika tradisi itu kita biarkan, kita setujui dengan alasan mencari keridloan Allah dan untuk mengantarkan orang yang meninggal supaya mendapat kasih dan rahmat Allah swt, kita sebenarnya berburuk sangka (su’u zhon) terhadap Rasulullah s.a.w. dan sahabat-sahabatnya.
Nauzubillahimin zalik!


Contoh lain ialah melafazkan niat ketika akan mengerjakan ibadah (seperti membaca ‘Usholli’ ketika hendak memulai sholat), padahal Rasulullah saw tidak pernah mengerjakannya. Contoh lain, Imam berdoa sesudah sholat subuh dan asar sambil menghadap makmum dan disambut oleh makmum mengaminkannya. Nabi tidak pernah berbuat demikian walaupun sekali. Amalan tersebut wajib kita tinggalkan dan bid’ah hukumnya kalau dikerjakan.


Kehawatiran terhadap amalan ibadah yang banyak dikerjakan orang yang nabi sendiri dan para sahabat tidak pernah mengamalkannya. Padahal merekalah sebenarnya yang lebih patut untuk mengamalkannya bila sekiranya hal tersebut dipandang baik sebagai jalan untuk bertaqarrub kepada Allah swt.


Mengapa kita harus memberatkan diri terhadap sesuatu yang Allah sendiri sudah memberikan keringanan (rukhsah)? Mengapa pula kita harus menyibukkan diri pada sesuatu yang Allah sendiri mendiamkannya? Bahkan Nabi s.a.w. sendiri pernah bersabda yang bermaksud:

View the original article here